Sabtu, 02 Juli 2011

...

Don't go around saying the world owes you a living. The world owes you nothing. It was here first.
- Mark Twain 

Jumat, 01 Juli 2011

the country of CORRUPTION, COLLUSION and NEPOTISM (Poem)

The way of hardness
The way to destruction
No one be honest
No one be responsibility


It's all for wealth
It's all for position
All way was permitted
To seize it all


Embarrassed and ashamed to see them all
Especially in this land
The land of culture
And habit culture
Which is converted this land to
the country of CORRUPTION, COLLUSION and NEPOTISM

JEDA

Sore itu… aku menuju ke tempat les. Sebenernya sih males.. berhubung di rumah gada kerjaan, so ccaabbuutt. Oh ya.. namaku Rollete Edward, biasa dipanggil Edward atau Ed. Bisa dibilang aku lahir di tengah orang-orang yang berguncang di dunia musik. Ayahku seorang maestro piano, ibuku adalah penyanyi , om ku adalah drumer terhandal dan sedangkan aku masih memperdalam dunia gitarku. Ya banyak sih yang bilang.. “eh.., kenapa gak bikin band keluarga ajahseru lhhooo…” tapi itu tidak mungkin.

Di tempat les ENGLISH CLASS aku sudah kenal deket ma seseorang.. namanya Namira Ishtara, aku sering manggil dia Tara. Dia pinter banget dalam mendalami gramarnya. Sedangkan aku.. hhaaaanncuurr. Yang aku benci dari les ini adalah pembedaan kelompok antara murid murid pinter dan murid murid kurang pinter. Dan aku masuk di murid yang kurang pinter. Sedangkan Tara, sosok yang sampai saat ini aku kagumi selalu berkelompok dengan Syu. Cowok kaya tapi sombongnya minta ampun.

Syu blasteran Indo-Korea. Udah ganteng, kaya, tapi sifatnya dia tuh yang gak ngenakin banget. Dia ngerasa dia yang paling tinggi, paling kaya. Intinya Syu itu orangnya SOMBONG. Ya jelas lah dia di golongin anak pinter di les-les.an, lhaa ortunya kan orang asing.. jelas dong lidahnya udah lidah asing. Apalagi kalo dinasehati.. mesti dia ngerasa yang paling bener. Lebih panas lagi kalo dia ndeketin Tara dan melirik aku dengan wajah sinisnya.

Disini aku juga punya sahabat, namanya Jony. Dia temen mulai aku kecil sampai SMA ini. Jadi dia juga sering nyari informasi tentang Tara. Pasalnya aku dan tara beda sekolah. Aku sekolah di SMA 107 Bandung sedangkan Tara sekolah di SMA 105 Bandung.

Akhirnya les pun berakhir.. huuh syukurlah. Aku pun mengambil skateku dan pergi ke taman skate bentar buat menghibur diri. Kebiasaan ini selalu aku lakukan tiap sore, sejak keluargaku pecah gara-gara temen ibuku yang genit itu. Aku jadi jarang pulang ke rumah. Kalo di rumah tu mesti ribut terus, puyeng banget dengeri mereka berdebat. Jadi aku sering pulang ke rumah om ku. Hampir seluruh bajuku udah aku pindahin ke rumah omku.

Om ku sampai sekarang beum nikah, jadi dia tinggal sendirian. Dia udah nganggep aku kayak anak sendiri. Tiap pulang sekolah om ku inta latihan bareng. Biasanya omku suka nyanyiin lagu rock. Ngeliat om ku asik mukul-mukul drumnya yang tak berdosa itu membuat aku semakn semangat. Eh ga kerasa udah malem. Aku pun pamitan pulang.

Sampai di rumah, aku langsung menenteng papan skateku untuk pergi ke kamar. Baru aja buka pintu udah ngeliat ayah ma ibuku bersilat lidah dan saling menghujani satu sama lain. Aku langsung lari ke kamar dan mengunci kamarku.

Seperti biasa aku selalu menulis puisi untuk Tara. Ya bisa dibilang tiap hari aku buat puisi ini. Mungkin udah sekitar 40 puisi yang udah aku buat. Aku ngasihin puisi itu lewat satpam di sekolahnya. Dulu satpam itu adalah satpam yang jaga dirumahku. Dan akhirnya kutuliskan puisi itu diatas lembaran….

                Setiap detik ku menanti
                Hingga saatnya bertemu dirimu lagi
                Menit demi menit hilang
                Kulalui tiada tenang
                Hati ini gelisah
                Hati ini resah
                Menanti esok hari
                Menanti datangnya pagi
                Perjumpaan denganmu
                Selalu kutunggu . . .
                Bila bukan cinta,
Mengapa setengah hatiku menyimpan dirimu ?
Bila bukan sayang,
Mengapa hari hari tak lengkap tanpa kata-kata darimu
Mengapa mataku selalu mencari kemana bayanganmu pergi
Dan telingaku mencuri suaramu ?
Lalu kunamakan apa perasaanku ini……… ? ? ?

“RE”

Aku yakin ia menyukai puisi yang ku buat. Pasalnya selama ini aku jarang banget ngeliat dia menunjukan sifat-sifat kebencian terhadapku. Malahan yang aku tahu di sekolahnya, dia selalu ngomongin aku. Itu katanya Jony sih, gak tau kenyataanya. Moga-moga itu beneran.

Sepulang sekolah aku mengayuh sepedaku untuk mengambil papan skate di rumah om ku. Ya itu skate cadanganku. Skate keberuntunganku aku taruh di rumahku. Kenapa aku biang keberuntungan…?? Soalnya skate itu mendampingiku di berbagai kejuaraan.

Tak terasa senja pun tiba. Kami pun membubarkan diri. Sesampaiku di rumah. Suasana tak seperti biasanya. Aku lihat ada dua kertas di atas meja. Satu dari ayahku dan satunya lagi dari ibuku. Intinya kertas itu berisi bahwa ayah dan ibu tidak bisa pulang malam ini. Karena ada lembur dan kemugkinan pulangnya malem banget.

Keesokan harinya… berhubung hari ini libur. Aku bangun telat. Lega banget… ketika akan ke kamar mandi aku lihat ayah ibuku udah pulang. Mereka seperti biasa.. saling cuek satu sama lain. Setelah mandi aku langsung mengambil papan skate ku untuk pergi ke tempat les.

Ohh God aku telat. Tapi aku ngeliat si Syu berhenti dulu di belakang mobil Tara. Waduh ngapain dia disitu. “Ah jangan buruk sangka dulu” bisikku dalam hati.

Sesampainya aku di  EC, Mrs. Anna menegurku untuk tidak datang telat. Dan aku pun berjanji untuk tidak telat lagi.

Ketika kelas selesai, Tara pun langsung menuju ke mobilnya. Ketika sopirnya berusaha untuk menghidupkan mobil. Entah kenapa tidak bisa. Syu un langsung muncul dan menawari Tara untuk bareng dengannya.

Aku yang tadinya melihat dari kejauhan segera bergegas untuk membantu sopir Tara. Aku ingat ketika Syu menyelinap di belakang mobil Tara tadi. Aku langsung menuju ke bagian belakang dan ternyata benar dugaanku. Ini semua hanya akal-akalannya Syu .Aku copot penyumbat itu, dan aku suruh sopir itu menghidupkan lagi mesinya. Alhamdulillah, ternyata bisa.

Setelah 5 hari berperang akhirnya Ujian Akhir pun telah selesai. Waktunya para siswa mencari Universitas yang di idam-idamkan. Tapi sayangnya aku masih ingin tinggal di Indonesia. Sedangkan Tara ingin meneruskan pendidikanya ke luar negeri.

Ketika aku pulang dari latihan Skate, keributan sedang berlangsung dirumah. Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan. Saat itu juga aku membentak mereka berdua dan langsung meninggal kan mereka. Saat aku meninggalkan mereka.. mereka sadar, bahwa mereka hanya salah paham.

Liburan tiba. Tetapi ini liburan yang sungguh menyebalkan. Aku sering melihat Syu dan Tara jalan berduaan. Ternyata, selama ini Tara seperti memberiku sebuah harapan. Tetapi kenyataanya lain, beda 180 derajat. Ku tarik tangan Tara dan membawanya ketempat lain. Disitu aku dan Tara mengalami perdebatan dan sampai sampai kita saling membentak. Aku yang marah besar langsung meninggalkan Tara sendirian. kubawa Skateku, ku lewati segala arah dengan bergumam dalam hati, “LOVE IS SUCK, GAK ADA CINTA ABADI DI DUNIA INI”. Meskipun hujan menghadang, aku tetap meluncur di atas skate ku ini. Dan akupun berhenti di rumah kosong tua. Ya,, disitulah biasanya tempatku termenung.

Semalam suntuk ayahku berkeliling Bandung untuk mencariku. Ia mencariku di tempat biasa latihan, ga ada. Ke rumah om, juga ga ada. Bahkan ayahku ke rumah Tara. Tetapi hasilnya nol. Seketika ayahku ingat tempat yang sering ku ceritakan. Ayah ku langsung menuju ke rumah tua itu.

Ayahku gembira ketika melihatku. Tetapi raut wajahnya berubah. Wajahku sudah pucat, wajahku sudah gak karuan lagi. Ayahku segera memboncengku dengan MOGEnya dan membawanku pulang.

Kubuka mataku pelan-pelan. Bau yang khas, aroma sebuah kayu yang sudah usang. Ya,, papan skate pertamaku. Ku lihat ke sekitar. Ayahku merangkul ibu dan seakan-akan mereka sudah baikan. Mereka menungguku sadar dari tadi pagi. Sedangkan sore ini aku baru sadar.

Sejak kejadian itu, aku kaget. Hubungan antara ayah dan ibuku sudah membaik. Mungkin berkat bentakan ku waktu itu. Sedangkan aku, sekarang hubunganku dengan Tara sudah merenggang. Lalu aku bertanya kepada mereka. Lalu ibuku bilang dan berpesan kepadaku. “semua cinta itu abadi, tergantung bagaimana cara kita melakukanya”.

Ku pegang erat-erat pedoman ibuku. Entah kenapa saat itu juga aku ingin ke studio pribadiku. Ku ambil secarik kertas, kutuliskan lirik-lirik lagu dengan menentukan nada menggunakan gitar kesayanganku. Ketika aku mencoba menyanyikan lagu itu, tak sengaja ayahku lewat. Ia memujiku dan membantuku untuk menyelesaikan lagu itu. Ayahku langsung duduk di depan piano. Kita mencoba menyelesaiakan lagu itu dengan tambahan alunan piano ayahku. Dan hasilnya mantab. Lagunya udah jadi. Kata ayahku lirik lagunya itu menyentuh banget, karena dibuat dengan perasaan yang begitu mendalam. Ia nyalakan perangkan rekaman untuk mendokumentasikan lagu ini. Setelah rekaman itu jadi. Ku Copy lagu itu ke   CD-R.

Selesai latihan entah kenapa aku langsung batuk-batuk sampai mengeluarkan darah. Ayahku yang melihat itu dan langsung membawaku ke rumah sakit. Tetapi apadaya. Dokter sudah berusaha semampunya. Sebenernya aku punya penyakit TBC sejak lama. Tapi kedua ortuku tidak mengetahui itu

Tara yang mendengar kematianku langsung tertunduk lemas. Ia langsung menuju ke rumahku. Suasana itu penuh dengan tangisan para tamu.

Setelah pemakaan ayahku memberikan surat keada Tara. Dan ia berkata “Tara… mungkin ini pesan terakhir dari Edward sebelum sepeninggalnya.” Tara pun menerimanya. Dirumahnya, dibukanya surat itu. Surat itu berisi….

Dear Tara,

Tar, sebenernya aku mau ngomongin ini ke kamu dari dulu…. Tetapi selalu saja ada masalah. Aku menyesal kenapa gak dari dulu aku bicara… kenapa gak dari dulu aku ngungkapin semua… Aku merasa bersalah banget. Yang jelas aku udah gak ada disampingmu lagi kini. Aku pamit, aku akan pergi meninggalkanmu selama-lamanya. Tetapi kamu gabole sedih… kamu gabole nangis terus terusan…. Dan jika kamu ingin bertemu aku… dengerin lagu ini.. dengan lagu ini mungkin kamu akan terus mengingatku……………………….

From : Rollete Edward


Sebulan pun berlalu… Tara yang berada di kamarnya sedang berlatih biola seperti biasa. Ia menyanyikan lagu JEDA…. Ya.. itu pemberian Edward. Ia memainkan biolanya dengan penuh perasaan…. Hingga tak terasa air mata menetes di pipinya. Ia buka jendela kamarnya dan menatap ke langit luas… lalu ia berteriak……… “AKKUUU…. KANGEEENN… KAMUUU.. EDWAAAARRDD…………”